Sempitnya Makna Adab dari Persepsi Masyarakat
Cerminan Da’i
Kejayaan Bersebab Ilmu, yang Akan Berulang Dengan Ilmu
Pembelajaran ke-19 Sekolah Pemikiran Islam Jakarta angkatan 11 membahas tentang “Musim Semi Kejayaan Islam”. Ruang maya, kelas tempat dilangsungkannya pembelajaran pada Rabu, 2 September 2021 memulai materi pada pukul 7 malam, dengan pemateri Akmal, Kepala Sekolah Pemikiran Islam Pusat.
Berfilsafat Untuk Menjadi Manusia
Konsep Iri Gender
PLURALISME, PIJAKAN FLUID AKAR KERAGUAN
Syi’ah dan Perbedaannya
Fitnah Kubro : Bijak Memahami dengan Ragam Referensi
KEMBALI KE ASAL : SEBUAH DALIH NATIVISME
Sekularisme, Kerancuan Fikir akibat Mutasi Akar Agama
TEGAS BERFIKIR
Oleh Nismaryam
Pertemuan terakhir SPI Jakarta 11 berlangsung hari Rabu, 7 April 2021 malam secara daring. Tema yang diangkat adalah diskusi literasi yang diisi oleh Akmal, Kepala SPI Pusat.
Penutup semester ganjil ini diisi dengan membedah salah satu wawancara dari web islami.co. Pemateri memandu peserta untuk menyampaikan gagasan dan opininya terkait dengan pernyataan-pernyataan yang ada di diwawancara tersebut berlandaskan pada materi-materi yang sudah disampaikan pada 9 pertemuan sebelumnya. Ada beberapa hal yang kemudian disarikan, yakni tentang pentingnya kaidah, adab, dan kemauan untuk mengamalkan ilmu. Himpunan pendapat dan diskusi antara peserta serta pemandu adalah bahwa banyak pernyataan yang kontradiktif disebabkan dengan belum sepenuhnya memahami topik maupun frasa yang dipakai. Terdapat kebingungan atas maksud pemahman akan agama dan hakikat ibadah disebabkan karena latar belakang lingkungan yang berinteraksi dengan beragam agama namun bekal materi agama tak didapatkan dari sumber yang mumpuni. Lalu banyaknya pernyataan yang sesungguhnya menguatkan bahwa Narasumber wawancara membuat agama sendiri yakni ritual-ritual yang ia yakini dapat membuatnya terhubung pada tuhan.
Beberapa poin penting yang dapat diambil yaitu dalam menyampaikan sebuah pendapat atau pandangan perlu diketahui latar belakang atau alasan penguat yang berdasarkan pada sesuatu yang pasti. Pernyataan seseorang menjadi lemah ketika mengatakan hal yang ia yakini salah atau benar tanpa mengetahui alasan di baliknya. Dalam menganalisa suatu pendapat, subjek dapat menggunakan metode kontradiksi atau hal yang bertentangan dengannya. Melalui metode ini, dapat diketahui apa yang sebenarnya komunikator maksudkan, tidak selalu menjawab namun menjadi jelas duduk perkaranya. Seseorang yang jelas pikirannya maka ia akan tegas dalam menyatakan suatu pernyataan tidak kontradiktif satu dan lainnya serta jelas prinsip yang ia pegang. Harapan kandidat Doktor Sejarah ini, bahwa siswa di SPI adalah siswa-siswa yang jelas pemikirannya dan dapat pula menguatkan orang lain untuk teguh memegang keyakinannya, sebagainya jalan perjuangan menegakkan Muslim Indonesia berakal.
Posisi Jahiliyyah Dunia
Oleh Nismaryam
Pertemuan ke-9 SPI Jakarta berlangsung secara daring, 31 Maret 2021. Tema Jahiliyyah diangkat sebagai pelengkap materi dasar SPI semester pertama yang dibawakan oleh Ahmad Rofiqi, Lc., M.Pd.I
Masyarakat Jahiliyyah adalah kondisi masyarakat sebelum datangnya penyempurnaan risalah Islam oleh Nabi Muhammad SAW di bumi Allah. Kondisi Jahiliyyah bukan hanya istilah untuk kondisi masyarakat Arab, namun ihwal dunia saat itu, juga di belahan bumi lain.
Lulusan Libya ini memaparkan sumber Jahiliyyah muncul pada diri dan masyarakat, yaitu asbab ketiadaan ilmu dan ketiaadan kelembutan. Ketiadaan Ilmu yang dimaksud adalah mengenai belum sampainya makna ilmu kepada seseorang dan pengingkaran ilmu dengan tak mengamalkan pengetahuan yang dimiliki. Kelembutan, adalah kekuatan. Dengan ketiadaan kelembutan, berarti nihilnya kontrol seseorang atas tindakannya tersebut. Maka ia kemudian jatuh pada kejahiliyahan.
Namun, terma Jahiliyyah ini tak boleh salah diposisikan, karena akan memperbesar salah penafsiran, terlalu kiri liberal, terlalu kanan ekstrim. Oleh karena hal tersebut, pemahaman Jahiliyyah perlu dikembalikan lagi pada sumber utama, yaitu Al Qur’an. Syeikh Yusuf Al Qardhawi, Cendekiawan muslim kontemporer memaparkan tentang 4 jenis jahiliyyah dalam Qur’an, yakni aqidah, hukum, akhlak dan sosial. Maka kerangka Jahiliyyah, perlu dikembalikan pada tempatnya, sesuai pada target dan tak bermudah-mudahan dalam memasukkan frasa Jahiliyyah pada kejadian sehari-hari, karena kekeliruan yang dipahami masyarakat, Jahiliyyah adalah sama dengan kekafiran. Tuntas Pembina Sadaqa ini, menggenapkan materi.
Kembalikan Jurnalisme pada Khittahnya
Oleh Nismaryam
Mengembalikan khittah jurnalistik di tengah biasnya jurnalisme, menjadi misi peserta Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta Angkatan 11. Jurnalistik Dasar adalah tema pertemuan ke-5 SPI, dilaksanakan Rabu, 3 Maret 2021 secara daring. Erwyn Kurniawan, S.IP sebagai pemateri, memaparkan dengan banyak contoh yang mudah dipraktekkan. Mengingat budaya SPI bernafaskan jurnalistik, reportase dan karya tulis adalah tugas bawaan tiap pertemuan.
Pimpinan Redaksi kantor berita Semesta ini menjelaskan poin-poin penting dari struktur dan jenis berita, pentingnya lead, efektifnya judul dan bagaimana menggiring pembaca dalam suatu berita. “Semakin banyak news value dalam satu berita, semakin bagus” pesan Jurnalis senior ini.
Menanggapi realitas banyaknya berita clickbait atau yang hanya berorientasi traffic, dan mereduksi nilai. Presiden Reli Indonesia ini menguatkan peserta untuk terus mengusahakan karya jurnalistik yang bermutu, mengembalikan khittah jurnalistik pada tempat yang seharusnya. Walaupun mudahnya framing berita sekehendak elitis dikonsumsi masyarakat, masih ada ruang untuk berteriak menyuarakan berita sehat untuk akal masyarakat.
Pertanyaan silih berganti menjadi diskusi mendalam di ruang maya, mengayakan pemahaman peserta atas pentingnya berjuang lewat media. Melalui media, masyarakat melihat wajah dakwah, dan sebagai pemuda penggerak harus berperan agar dakwah rahmah ini tak jadi kerdil hanya karena ulah media tak bertanggungjawab.
Ghazwul Fikr : Lebih dari Konspirasi!
Oleh Nismaryam
Rabu, 17 Februari 2021 adalah malam dimana peserta Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta angkatan 11 memungut kembali kepingan kesadaran dari hiburan semu. Pertemuan via udara yang dihadiri 92 orang tersebut mengangkat tema bahasan “Ghazwul Fikr” oleh Akmal. Kelas ketiga ini cukup sensitif bagai mencocok hidung aktivis dakwah di kancah sosial.
Perang Pemikiran amat sering dikait-kaitkan dengan Teori Konspirasi, hingga 2 hal berbeda ini mispersepsi menjadi satu makna akibat seringnya diulas. Padahal Ghazwul Fikr itu lebih dari Teori Konspirasi. Ya, konspirasi itu ada, jelas mereka berstrategi untuk memadamkan cahaya Islam, masalahnya apa langkahmu menghadapinya ?
Penulis “Islam Liberal : Ideologi Delusional” ini mengingatkan tentang hadits yang harus sering diingat oleh penggerak Islam adalah tentang “Mengubah Kemungkaran” yaitu dengan tangan, lisan dan selemah-lemahnya iman dengan mengingkarinya di hati. Alih-alih menjadikan teori konspirasi ini sebagai premis untuk pengambilan kesimpulan “Zaman Terburuk” yang disematkan pada zaman ini. Hingga tak payah menyusun strategi dan merapatkan barisan membuat Gerakan yang lebih berdampak, karena konspirasi adalah bagian dari “takdir” Allah yang sudahlah biar terjadilah.
Jujur mengakui diri dan bergerak dalam strategi menjadi pesan Kepala SPI Pusat untuk muslim yang turut “butuh” untuk berdakwah. Jujur mengevaluasi langkah dan terus belajar mengembangkan potensi. Membaca modus-modus perang masa kini, yaitu modus media, pendidikan dan hiburan serta menelisik ke dalam kata-kata pop untuk mengupas worldview di baliknya.
“Ilmu adalah jalan menuju Allah, dan untuk memenangkan perang pemikiran ini hanyalah dengan berilmu” tutup Akmal menuntaskan materi ketiga kelas SPI Jakarta.
Memahami ke Dalam, Sudah Komprehensif Sedari Awal
Oleh : Nismaryam
Belajar lebih mengenal Allah, hari Rabu 24 Februari 2021 di SPI Jakarta. Pertemuan dalam jaringan kali ke-4 membuat lebih meyakini dan memahami diri sebagai muslim, melalui agama.
Akmal sebagai pemateri menguliti golongan Ateis eksis di dunia dan akar masalahnya. Kepala SPI Pusat tersebut mengulas tentang kepercayaan sejarah yang berasal dari fiksi sastrawan dan diturunkan secara turun temurun melalui lisan. Fiksi berkembang dan masyarakat terjebak dalam kebingungan karena sejarah yang diada-adakan.
Adanya perbandingan konsep Tuhan yang lain menguak perbedaan mendasar dan secara sendirinya menjadikan Konsep Islam superior dibanding konsep Tuhan agama lain. Pernyataan-pernyataan populis seringnya mengecoh umat Islam, sisi negatifnya muslim blunder hingga kemungkinan terburuk menjauh, sisi positifnya menguji pemahaman kembali terhadap Islam itu sendiri. Perbedaan worldview yang dihasilkan menjadi logis karena perbedaan agama,
Malam Kamis itu menjadi pengingat betapa sempurnanya Islam sedari awal, komprehensif dan tertata tanpa cacat. Kesemuanya berakar pada pemahaman pada Tuhan yang menciptakan manusia dan menjadikan dunia ini ada. Pemahaman yang secara jelas diturunkan oleh Tuhan sendiri tanpa tambahan penjelasan dari manusia, yang merupakan interpretasi.
Muslim mindful dengan Islamic Worldview
Oleh : Nismaryam
Pertemuan Sekolah Pemikiran Islam Jakarta angkatan 11, kembali digelar pada Rabu, 10 Februari 2021 secara daring. Pertemuan kedua dengan 85 peserta telah bergabung sepanjang pukul 19.00-21.30 WIB untuk membina kesadaran dengan topik bahasan Worldview of Islam.
Materi Worldview of Islam (WOI) dibawakan oleh Wido Supraha, founder Sekolah Adab dan Wakil Sekretaris Komisi Ukhuwah MUI Pusat. Penyampaian materi dasar “Pandangan hidup Islam”, kenapa berislam dan bertahan dalam Islam dipaparkan secara mendalam dan saling berhubungan.
Islam itu agama yang mindful. Dalam sejarahnya membuktikan, bahwa Islam sempurna sejak awal, dan menjawab hal-hal dasar secara jelas dan menentramkan hati. Pun, kaitannya dengan segala hal itu pasti ada nilai yang lekat dengannya, tidak ada hal yang "value free". Sehingga muslim hanya mengambil yang baik-baik saja dari segala hal karena ia cerdas dan sadar segala sesuatunya itu akan dipertanggungjawabkan, terlebih ketika Wido menceritakan tentang gagasan orang Barat dan praktek mereka dalam kehidupan sehari-hari, banyak yang bertentangan dan ada dari pemikiran mereka yang hanya 'ilusi'.
Penjelasan diperkaya dengan data dari dua sisi, dari sisi Islam serta pandangan kaum Atheis mempersepsikan hidup serta rekam jejak hidupnya dalam menerapkan pemikirannya. Adanya telaah tentang fenomena yang perlu diwaspadai muslim yaitu Corruption of Knowledge, Lost of Adab, Deislamization dan Confusion yang disertai contoh memudahkan peserta menangkap hikmah.
Rangkaian sub bahasan ditutup dengan solusi yaitu kurikulum adab berdasarkan Al Qur’an, muslim dengan Islamic worldview yang bergerak dalam amal sholeh sebagai buah imannya.
Bergulirnya Tradisi Ilmu
Oleh Nismaryam
Sekolah Pemikiran Islam adalah sah lembaga pendidikan sebagai respon intelektual untuk menghadapi tantangan pemikiran yang mendera umat Muslim Indonesia masa kini. SPI Indonesia mempunyai beberapa cabang, dan yang tertua yaitu SPI Jakarta. SPI Jakarta kembali membuka kelasnya pada 2021 yakni SPI Jakarta angkatan 11. Kelasnya berjumlah 20 pertemuan yang