oleh Nismaryam
Pembelajaran terakhir Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta angkatan 11, di Rabu malam, 8 September 2021. Bahasan yang diangkat tentang “Serba-serbi Dakwah” oleh Kepala Sekolah SPI Pusat, Akmal. Pembelajaran SPI seluruhnya dilaksanakan secara daring melalui ruang pembelajaran virtual, diisi penyampaian materi serta tanya jawab dan pengumuman lainnya yang dipandu oleh Kepala Sekolah SPI Jakarta, Chandra.
Permasalahan umat Islam kontemporer menurut SMN Al Attas sebab 3 hal, yaitu corruption of knowledge, loss of adab dan false leader. False Leader yang dimaksud di sini adalah da’i. Tugas utama manusia di muka bumi ini adalah untuk ibadah pada Allah SWT, dan termasuk tugas seorang muslim untuk dakwah (menjadi da’i), menyampaikan risalah Islam pada umat manusia, menunjukkan pada cahaya dari kegelapan. Jika dunia dalam kegelapan, maka umat muslim yang patut bertanggungjawab atas hal itu, karena pencerahan tak lagi nampak, akibat tampuk kepemimpinan lepas darinya, salah satunya dari ketidaklayakan memimpin. Karena ketidaklayakan tersebut bukan hanya muslim yang rugi, tapi dunia juga ikut rugi karena tidak tercerahkan olehnya.
Setiap muslim adalah da’i sebelum segala sesuatu, maka kapasitas da’i ini jadi perhatian penting untuk menjalani kehidupan. Kandidat doktor Sejarah UI ini menjelaskan tentang pengaruh da’i terhadap dakwah dari aspek tujuan sang da’i, konten dakwah yang disampaikan dan kondisi mad’u (objek dakwah) yang dihasilkan. Ada 5 karakteristik da’i yang disampaikan dengan, 5 konten dan menghasilkan 5 mad’u yang berbeda. Karakter da’i tersebut adalah da’i yang tidak ikhlas, menjadikan keramaian sebagai ukuran kesuksesan, membesarkan diri sendiri, tidak menambah ilmu dan berebut mad’u. Kesemuanya ini ditemukan di dunia dakwah masa kini.
Kondisi dan fenomena masyarakat muslim, ternyata sangat bergantung pada konten dakwah dan tujuan da’i itu sendiri.
Akmal menyampaikan hierarki pengaruh untuk membentuk masyarakat dengan da’i sebagai puncaknya, masyarakat dipengaruhi pemimpin, pemimpin dipengaruhi da’i. Menjadikan karakteristik masyarakat yang mungkin tak pernah ditemui dahulu, solusi untuk penyelesaiannya adalah dengan mengecek bagaimana kondisi da’inya.
Da’i mempunyai posisi di atas pemimpin, karena da’i lebih mengetahui hal yang baik dan benar dari sumber dari segala sumber, yaitu Al Qur’an dan Sunnah. Jika da’i yang mengetahui hal yang benar, sedang kebijakan pemimpin kurang benar, maka kewajiban da’i untuk meluruskan pemahaman tersebut, bukan justru diam atau menurut pada pemimpin. Menjadi da’i adalah profesi utama setiap muslim, menjadikan materi ini sebagai refleksi. Allah mengingatkan dengan QS Asy Syura ayat 30 tentang musibah yang menimpa, disebabkan oleh perbuatan tangan sendiri, dan Allah memaafkan banyak dari kesalahan-kesalahan. Masalah umat sekarang ini hanya sebagian kecil dari kesalahan-kesalahan yang diperbuat, dan cerminan akan kondisi masalah da’inya, bahwa kondisi muslim sekarang tidak sedang baik-baik saja, ucap penulis Islam Liberal 101 menutup materi perkuliahan.