oleh : Nismaryam
Filsafat menjadi tema dari kelas ke 17 dari Sekolah Pemikiran Islam Jakarta angkatan 11. Pertemuan daring yang dilaksanakan pada Rabu, 18 Agustus 2021 dipandu oleh Syamsuddin Arief, peneliti senior INSISTS. Filsafat, tema pertemuan yang mendalami bagaimana kebenaran dipikirkan dan direnungkan.
Pembahasan diawali dengan penyampaian fakta-fakta bahwa tingkat doctoral di luar negeri seperti Malaysia serta wilayah Eropa memberi gelar pada lulusannya dengan Doctor of Philosophy, yang mana filsafat ini mempunyai kedudukan tersendiri dalam kehidupan manusia. Filsafat adalah kata serapan dari bahasa Arab Falsafah, dan berasal dari bahasa Yunani Philosophia. Philosophia terbentuk dari kata philein (cinta) dan sophia (kearifan) yang berarti mencintai ilmu. Adapun makna-makna Filsafat yaitu punya rasa ingin tahu yang besar, mempertanyakan segala sesuatu dan memikirkan ulang.
Tokoh Yunani Aristoteles dan Kristen Thomas Aquinas menjadi rujukan dalam bab Filsafat ini, bahwa filsafat adalah pencarian kebenaran manusia. Sedang menurut tokoh Islam, Ibnu Sina mempunyai pandangan bahwa manusia tetap menjadi manusia ketika dia berilmu, dalam bukunya “Metaphysis” bahwa filsafat adalah mencapai kebenaran dan melaksanakan kebenaran. Kebenaran sudah ada, yang harus dilakukan adalah untuk diamalkan.
Ada 3 tahap filsafat, menurut Ibnu Sina, bermula dari mencintai ilmu, lalu mengetahui kebenaran tentang secara sesuatu dengan kebenaran rasional dan sebagai puncak filsafat yaitu berkata dan berbuat sesuai kebenaran yang diketahuinya. Sementara menurut Ath Thahanawi, filsafat adalah berusaha meniru Tuhan melalui tindak-tanduknya, jika Tuhan Maha Penyayang maka manusia meneladani dengan berkasih sayang.
Mulanya, Filsafat adalah Ilmu, namun karena adanya the Vienna Circle di tahun 1920, filsafat dipisahkan dengan ilmu dan mereduksi filsafat menjadi berfikir spekulatif, analitis dan kritis juga muncul cabang ilmu Filsafat Sains, Filsafat Teknologi dan sebagainya.
Filsafat dalam Islam, disandarkan pada nash Al Qur’an yang berulangkali disebutkan dengan kalimat “bagi orang berakal, bagi orang berpikir”.
Ada 3 istilah dari nash tersebut yaitu Al Falsafah, Al Hikmah, Ulum Al Awa’il. Filsafat berasal dari istilah pertama yaitu Al Falsafah. Filsafat Islam, tidak seperti yang dituduhkan orientalis bahwa hal itu tidak nyata, karena meniru Yunani. Menurut Oliever Leamean, Filsafat Islam adalah suatu tradisi pemikiran baru untuk menyelesaikan persoalan-persoalan dan juga masalah-masalah konseptual dengan bahasa Islam (bukan hanya Arab, tapi juga bahasa Parsi juga Melayu) yang dilakukan dalam konsep budaya Islam. Kampus dunia seperti Cambridge juga mempunyai program Filsafat Islam dengan nama Al Falasifatul Arab.
Berfilsafat dalam hukum Islam, ulama membaginya dalam 3 kategori, yaitu mutlak boleh, mutlak haram dan haram dengan syarat. Ibnu As Shalah adalah ulama yang berfatwa mutlak haram berfilsafat dengan pernyataannya “Filsafat adalah pangkal kebodohan dan penyimpangan, kebingungan dan kesesatan. Siapa yang berfilsafat, maka butalah hatinya dari kebaikan-kebaikan Syari’ah”. Sedang Imam Ghazali adalah ulama yang condong pada filsafat haram bersyarat, karena ada bagian dari filsafat yang berimplikasi kufur. Imam Ghazali membagi filsafat menjadi 6 kategori yaitu yang tercela (haram), yang tidak tercela (mubah), yang bisa membuat orang jadi kafir (haram), yang tidak menyebabkan kufur (mubah), yang dapat menjadikan pelakunya ahli bid’ah (haram) dan yang tidak menjadikannya demikian – red: ahli bid’ah (mubah). Berfiilsafat dilarang karena banyak dampak buruknya, kecuali untuk 2 jenis orang yakni mereka yang mempunyai masalah ibarat orang yang sakit memerlukan obat serta mereka yang kuat akalnya, mantap agamanya, dan teguh imannya ibarat dokter yang mengobati orang sakit.
Demikian batasan dari berfilsafat, agar tetap menjadi “orang yang berakal dan berfikir” dalam koridor Islam. Dosen UNIDA Gontor ini menutup kelas dengan pepatah Arab yang menjadi renungan.
“Hamba tetaplah hamba, betapapun ia meninggi
Tuhan tetaplah Tuhan, betapapun turunnya Ia (karena peduliNya pada hamba)”