Copyright © the world of me..
Design by Dzignine
Kamis, 08 Juli 2021

Bergulirnya Tradisi Ilmu

Oleh Nismaryam


Sekolah Pemikiran Islam adalah sah lembaga pendidikan sebagai respon intelektual untuk menghadapi tantangan pemikiran yang mendera umat Muslim Indonesia masa kini. SPI Indonesia mempunyai beberapa cabang, dan yang tertua yaitu SPI Jakarta. SPI Jakarta kembali membuka kelasnya pada 2021 yakni SPI Jakarta angkatan 11. Kelasnya berjumlah 20 pertemuan yang

berlangsung 2 sesi, dilangsungkan online saat Covid-19 masih melingkupi Indonesia.

Pada Rabu, 3 Februari 2021, telah dilaksanakan Pertemuan pertama SPI Jakarta 11 secara virtual, dipertemukan dalam sebuah grup Whatsapp SPI 11 lalu dilangsungkan pertemuan daring melalui platform Zoom, berisi pengurus SPI, dan peserta SPI yang berjumlah 86 orang.

Kata-kata “Menghidupkan tradisi ilmu” terus menggaung di sela-sela acara. Rupanya kata tersebut adalah bagian dari visi SPI. Visi yang melekat di benak karena permainan kata-kata yang luwes disampaikan oleh moderator Chandra dan pemateri Ustadz Akmal Sjafril.

“Karena pertolongan Allah hadir melalui orang-orang yang menghidupkan tradisi ilmu.” Punchline Ustadz Akmal dalam menjelaskan mengapa SPI terus berkiprah, dan beralih dari pelaksanaan normalnya luring menjadi daring karena mengurangi resiko saat pandemi.

 Idealnya, dalam menghidupkan tradisi ilmu yaitu dengan bertatap muka, adab bermajelis, fokus memerhatikan materi yang disampaikan dan tidak direkam. Pun juga tidak membagikan sebagian materi yang diajarkan secara mentah. Agar cuplikan materi tersebut tidak disalahartikan karena sifatnya yang parsial, serta tidak membuka celah kesalahpahaman pihak lain di luar SPI. 

Menghidupkan tradisi ilmu SPI bernafaskan literasi tercermin pada tugas-tugasnya yang khas, yaitu adanya reportase dan karya tulis yang menjadi oleh-oleh tiap pertemuan. Menjadi peserta SPI berarti harus siap menjadi reporter untuk mengabadikan kerja kebaikan dan menyebarkan pada khalayak agar dapat memenuhi portal berita dengan berita yang berbobot. 

Sejalan dengan jalur literasi di SPI, Puspa, salah satu peserta juga tertarik bergabung dengan SPI karena budaya baca dan literasinya. Puspa menantang dirinya untuk mampu mengikuti SPI dan menjadikan diri terbiasa menghasilkan tulisan berfondasi kokoh dan berdampak untuk ummat. 

Lain halnya dengan Nuhi, harapan mengikuti SPI karena ingin mengambil peran dengan keadaan yang terjadi. Berawal dari peka, lalu paham dan dapat mengambil peran menyikapi keadaan dengan hujjah yang sesuai as-sunnah

Dan Nuriza, punya harapan yang merangkum keduanya. Menyadari derasnya arus informasi namun timpang dengan literasi masyarakat. Nuriza ingin melindungi orang-orang di sekitar dengan jalan memahami keadaan dan dapat menghadapinya serta menjelaskan pada mereka tentang kondisi yang terjadi dengan bahasa yang mudah dimengerti. 

Budaya menghidupkan tradisi ilmu, mempertemukan ketiganya dari satu wadah menimba ilmu ke kolam menimba ilmu selanjutnya yang lebih dalam. Puspa dari Sekolah Pemikiran dan Peradaban Islam UNJ ke SPI Jakarta, Nuhi dari Kader Mujahid Dakwah DDII ke SPI Jakrta dan Nuriza dari Mars Project PNJ ke SPI Jakarta. Ketiga wadah menimba ilmu tersebut, sama-sama dilandaskan ilmu dan Islam. 

Semoga tanda semangatnya pemuda untuk terus menghidupkan tradisi ilmu ini, menjadi sebab datangnya ridho Allah menjadikan bumi pertiwi tempat bermulanya peradaban Islam kembali bersemi. Karena sejarah adalah siklus, musim akan berulang dan musim semi peradaban Islam akan kita temui kembali.