Ruang maya malam Rabu, 7 Juli 2021 dipenuhi peserta Sekolah Pemikiran Islam Jakarta angkatan 11 untuk memulai semester genap. Pemanasan semester lanjut membahas fenomena yang jadi hegemoni umat kini, tentang Sekularisme yang dimotori oleh Kepala SPI Pusat, Akmal.
Bahasan dibuka dengan materi kemudian diikuti tanya jawab serta pengumuman terkait penugasan. Penulis bergabung menyusul ke ruang materi, ketika tiba pada pembahasan "Mengapa Barat Memilih Sekuler?" dan tabiat sekularisme. Paparan dari pemilik laman maya malakmalakmal.com ini, menjelaskan bahwa pemikiran sekular kini bukan hanya menjangkit pada dunia Barat, namun juga di Timur, Indonesia telah terpapar.
Pada mulanya, sekuler muncul atas problem sejarah kristen. Gereja dan pendeta adalah orang suci terpilih yang dapat mengampuni dan adanya tentara Inquissi dengan kekejamannya yang membuat masyarakat trauma, terbelah dan sulit menerima alpa dan kelirunya pendeta. Poin problem teks Bible juga berperan pada penyekatan antara agama dan sains di kehidupan umat Kristen sendiri.
Untuk umat Islam dapat membaca buku "The Choice" dari Ahmad Deedat agar memahami lebih jelas.
"Sekuler tidak mesti jadi Atheis, tapi membuat seseorang akan memikirkan Tuhan hanya di gereja, dan tidak lagi memikirkannya di luar gereja." Petikan tutur pemateri menjadi jembatan ke materi "Tiga Tabiat Sekularisme"
Adanya manusia sadar mukjizat Alam tapi menolaknya jika dikaitkan sebagai ciptaan Tuhan, Politik jangan dicampurkan dengan agama, kebenaran dan nilai moral hari ini belum tentu jadi hal yang benar di hari esok adalah gambaran tabiat kerancuan fikir sekularisme.
Kemunculan sekularisme yang bersumber dari kecacatan agama kristen harusnya tak dapat berjangkit pada umat Islam, selama umatnya mengenali dan mempraktekkan agamanya sendiri. Poin dari Akmal, yang disarikan dari tanya jawab peserta pukul 21.09.