Oleh : Nismaryam
Uraian Ahmad Rofiqi, Lc. MPdI kembali diperdengarkan dalam SPI Jakarta Angkatan 11 pada Rabu malam, 28 Juli 2021 dalam temu daring. Dalam kesempatan ini, pengajar Muhammadiyah Islamic College, Singapura memberi tuturan tentang Sy'iah, tokoh dan sejarahnya. Penyimak dalam temu daring berjumlah 79 orang, dengan 2 sesi acara yaitu pemaparan dan tanya jawab.
Syi'ah pada awalnya tidak mempunyai asosiasi apapun, selain arti katanya yaitu kelompok. Namun, setelah adanya kultus berlebihan terhadap Ali RA dan peristiwa karbala maka kata tersebut menjadi nama orang-orang mengaku Islam dengan mengkultuskan ahlul bait tertentu dan merendahkan sahabat. Lantaran sikap mereka yang merendahkan sahabat, maka sumber hukum Islam yaitu Al Qur'an dan Sunnah (Hadits) menjadi berbeda untuk Syi'ah. Dalam hadits banyak perawi dari sahabat dan istri nabi seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Aisyah binti Abu Bakar yang tidak digunakan Syi'ah padahal kandungan haditsnya menjadi pokok akidah Islam dan Ibadah. Atas alasan itulah, ketika masa tabi'in berlangsung, muncul sebutan Ahlussunnah wal Jama'ah atau Sunni, orang-orang yang mengikuti Sunnah Nabi Muhammad SAW untuk membedakan dengan Syi'ah karena berbeda secara rujukan hukum Islam.
Perbedaan mendasar lain antara Syi'ah dan Sunni adalah adanya imamah di Syi'ah. Imamah adalah kepemimpinan, sedangkan di Sunni menggunakan Khalifah. Imamah di Syi'ah ada 12 orang, pemimpin tersebut adalah ahlul bait dan keturunannya, namun beberapa riwayat menyatakan bahwa tokoh yang dirujuk berlepas diri dari kelompok Syi'ah ini. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat telah menetapkan fatwa bahwa Syi’ah termasuk aliran sesat dalam Islam, dan menerbitkan buku dan disebarkan secara gratis ke masyarakat untuk memahamkan tentang bahaya ini, MUI Jawa Timur juga menerbitkan buku serupa dan diamini oleh MUI Pusat atas kebenaran isinya.